Ternyata benar kamu yang tak mengerti
mauku apa. Kamu yang tak mengerti maksudku apa. Kamu yang tak mengerti. Oh sungguh
benar. Kamu hanya tahu apa yang kumaksud tapi tidak mengerti.
Oh Tuhan, sebesar itukah pesonanya
hingga kekasihku tak membaca mauku apa tentang hubungannya dengan wanita itu. Seberapa
lamakah cinta yang dulu ia punya untuk wanita itu? Seberapa pentingkah ia?
Aku menekan dadaku sesak. Ada yang
menghimpit di sana tapi tak kutahu apa namanya. Mungkin perasaan cemburu itu
masih kuat. Mungkin aku terlalu berlebihan atau tak tahu diri dibilang dia
hanya berteman. Mereka hanya
beradik-kakak, Tolol.
Kini pertanyaan itu muncul kembali. Adakah
adik-kakak dalam sebuah pertemanan?? Adakah itu? Bukankah dulu aku pernah
merasakannya juga dan terselip cinta kotor di dalamnya. Oh Tuhan, kenapa juga
kukatakan kotor? Bukankah semua cinta itu suci. Tidak semua, aku menggeleng kuat. Apa yang telah terjadi dalam masa
laluku yang menjadi luka di hatinya juga karena sebuah pertemanan kakak-adik. Sebuah
noda dan itu sebabnya aku mengatakan bahwa ada sebuah cinta yang bernama cinta kotor
versiku. Tak ada yang berani mengatakan dengan jelas bagaimana cinta kotor itu
terjadi. Hingga kebohongan yang bertubi-tubi membunuhku. Mematikan saraf
inderaku dn dampaknya masih terasa hingga kini.
Mungkin pertemanan kalian beda. Mungkin
kalian lebih suci daripada aku yang tolol ini. Mungkin kalian akan menjadi
sahabat selamanya. Mungkin kalian aargghhh…
Aku tak bisa membohongi diriku
sendiri. Aku ingin berteriak, berkata langsung pada kekasih hatiku apa yang
kurasakan tapi aku tak mampu. Plakk ! aku kembali menampar mukaku lagi. Kamu tuh banyak salah udahlah gak usah
nuntut yang macem-macem, teriakku dalam hati. Semenjak kesalahan masa
laluku itu, aku terus berpikir berkali-kali lipat untuk menuntutnya menjadi
yang aku mau. Mengerti mauku apa. Meski selalu aku hilang kendali. Tapi kini,
biarlah maunya apa. Toh, selalu aku yang membuat kesalahan. Kekasihku akan selalu
berbuat baik. Mungkin memang aku yang tak mengerti dalam hal ini. Huftt.
Biarlah kamu menerka-nerka sayangku, tak
diterka pun tak apa. Aku hanya butuh waktu agar hatiku kebas bahkan mati untuk
sekedar cemburu terhadapmu. Aku akan selalu percaya padamu. Percaya? Oh Tuhan. Entah
kenapa kali ini aku meragu. Entahlah….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^