Rabu, 26 Juni 2013

berita baik itu sudah lama kutunggu

Pagi ini semestinya saya berada di sebuah desa dengan penuh tumbuhan teh yang mengelilinginya. Dengan suasana sejuk bahkan mendekati dingin yang selalu membuat saya merapatkan jaket yang dipakai. Berjalan keliling perkebunan sambil tersenyum memandangi alam. Hummm, betapa indahnya hidup di antara keadaan yang begitu menentramkan hati. Jauh dari polusi, suara bising serta selalu bisa menghirup udara sedalam-dalamnya yang kamu mau. Tapi sayangnya kenyataan berkata lain. Pagi ini ketika saya selesai memejamkan mata yang terlihat adalah dinding kamar.
Tadi malam semestinya saya tidur beralaskan sleeping bed, salah satu penolong saya yang memberikan kehangatan satu-satunya jika menginap di desa promasan. Penerangan yang seadanya membuat desa itu semakin saja terasa dingin menyejukan dan keramaian bersama teman-teman adalah penghangat nomor dua. Menyeruput the ataupun kopi menjadi sajian ternikmat daripada minuman lainnya. Cuma di desa ini saya bisa menikmati itu semua dengan kenikmatan tinggi di kota belajar saya ini. Tapi sayangnya, lagi-lagi saya hanya berselimutkan dan selimutnya pagi ini sudah berantakan tak berada di tempat seharusnya. Saya kira lagi berselimutkan sleeping bed ternyata bukan.
Pagi ini semestinya saya bisa menatap dunia dengan senyum terkembang. Kembali menatap cakrawala dengan mata bulat yang membesar hingga cakrawala meninggi dan saya menyipitkan mata. Saya celingukan ke sana kemari. Mencari celah melihat sebagian atau bahkan sepenuhnya sunrise. Tapi sayang semua tertutup oleh bangunan rumah di sekitar kost saya yang kini makin rapat bangunan. Pupus sudah mimpi itu.
Apakah itu mimpi? Tidak itu semua impian saya. Impian serta keinginan tinggi yang kini menggebu dalam hati saya. Oh, sudah berapa lama saya tak menyapanya? Sepertinya lama sekali. Terakhir kali menginjaknya akhir tahun lalu dan jika dihitung hingga kini sudah 6 bulan. Waktu yang cukup lama. Tak salah jika kini saya merindukannya.
Tapi apapun yang terjadi, saya harus bersyukur. Bukankah manusia hanya bisa merencanakan dan Tuhan yang Maha Pembuat Keputusan. Setidaknya ada hikmah yang bisa saya ambil. Saya bisa mendengarkan cerita bahagia dari kekasih saya. Skripsinya diterima dosen dan tinggal menunggu seminar serta siding. Akhirnya, perjuangannya berbuah manis, meski bisa dikatakan pembuatan skripsinya bisa dibilang gila. 3 bab dalam satu minggu. Buat saya itu WOW. Mungkin kalau saya jadi dia saya belum tentu bisa melakukannya.

Saya tahu dia memang hebat. Dia adalah orang yang memiliki tekad kuat serta kemauan tinggi. Saya bangga memilikinya. Semoga Tuhan tetap menjaganya. Tak apalah saya tak mendengar kicauan burung di pagi hari setidaknya tadi malam, berita baik darinya sudah menjadi kicauan yang lebih indah. Terima kasih ya Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^