Minggu, 30 Desember 2012

huft

capek ya ternyata
capek banget mungkin

susah jadi orang sabar mulu
aku coba terus berusaha

well, terserah mau gimana jadinya 

Jumat, 28 Desember 2012

Hei Kamu...


Hei kamu...
Aku cinta banget sama hari selasa
Tapi kenapa kabar tentang kamu kudapatkan di hari selasa saat senja
Saat-saat paling menenangkan buat hidupku
Seketika tubuhku panas mendengar kabar itu

Hei kamu...
Teruntuk tanah yang masih basah akan tangisan
Sampai hari ketiga kepergianmu pun tangisku tak pernah berhenti
Rasanya percaya pun tidak meski kutahu bunga bertaburan segar di tanahmu

Hei kamu...
Teruntuk nisan yang belum sempat kusentuh
Namamu tergores indah di situ
Kenapa kepergianmu begitu cepat
Meski kutahu kamu lebih baik pergi bersama para bidadari daripada menahan segala komplikasi

Hei kamu...
Orang yang pernah kutitipkan cinta meski sebentar dan aku menyerah
Menyerah karena aku memang tak pernah pantas untukmu
Bidadari syurga yang pantas mendapatkannya

Hei kamu...
Orang yang kusayang sama seperti sahabatku yang lainnya
Rasanya tak sanggup kehilangan kamu
Biarlah kita tak pernah sama-sama tahu perasaan kita masing-masing
Biarlah kita saling menyayangi karena persahabatan
Biarlah semua itu
Asalkan kamu tak pergi secepat ini, aarggghhh

Hei kamu...
Ya cuma kamu
Yang bikin aku nyesek berhari-hari
Yang bikin aku malu di depan teman-temanku karena kamu menolak cintaku
Tapi kamu yang bisa bikin aku ikhlas bahwa gak semua cinta terbalaskan dengan baik
Tapi ya cuma kamu yang bikin aku bisa lebih dekat tanpa cintaku yang dulu kepadamu

Selamat jalan sahabatku...
Sampai berjumpa di kehidupan yang selanjutnya
Tuhan tahu kebaikanmu
Meski maki-makimu selalu menarik uratku
Meski cuekmu bikin aku mau lempar batu
Tapi kebaikanmu menutupi semuanya

Aku bahkan tak ingat kapan kesalku ada
Yang kuingat hanya kebaikanmu mempertemukanku dengan cintaku kini
Yang kuingat karena kamu yang mempertemukanku dengan cita-citaku sebagai penyiar
Yang kuingat cuma kamu yang memudahkan semua perjalanan travelingku

Senyummu, candamu bahkan makimu sekalipun tak akan aku lupakan sampe kapanpun

Aku janji

Senin, 17 Desember 2012

maaf jika aku takabur

jarakkkk..
aku ingin memiliki pintu kemana saja doraemon
agar jika rinduku memuncak
hanya perlu memutar gagang pintu, kita kan bertemu

aku ingin memiliki kloningan
agar jika kesibukanku menghambat pertemuan kita
masih ada solusi yang bisa menyelesaikan
kloninganku beraktifitas, kita bersama

aku ingin memiliki senter pengecil
agar jika jarak semakin menyesakka dada
dengan mudahnya kuperkecil jarak di antara kita dan bertemulah kita

jarak ya???..
huft,
sepertinya aku mulai membenci ''jarak"
maaf jika aku terlalu takabur mengatakan aku sanggup
aku hanya sedang berusaha sanggup

Kamis, 06 Desember 2012

Terima Kasih Telah Mengajarkanku Kesabaran


Ketika rasa ini mendesakku untuk bertahan
Aku sadar
Banyak hal yang akan aku hadapi demi mempertahankannya
Meski kulihat kamu membuatku menggantungkan harapan tinggi
Meski aku tak tahu apakah harapanku penuh asa
Yang kutahu aku hanya butuh bersabar
Biarkan waktu yang menjawabnya

Hari demi hari berlalu
Kamu mengajarkanku arti kesabaran
Kala kutahu kamu pernah terluka
Luka yang ada takkan pernah terhapus, bukan?
Bekasnya jelas terlihat di raut wajahmu
Dan aku mesti lebih bersabar akan harapanku bersamamu

Kini ketika Tuhan memberikan kesempatan membuka hatimu
Tak pernah sabarku menghilang
Jarak membentang luas di antara kita
Tapi bukankah kedekatan hati kita jauh lebih penting?
Huft, aku harus lebih lebih sabar
Sabar menekan rindu yang terus mendesak keluar
Sabar menahan cinta yang tak bisa tersalurkan
Hanya lewat doa kupanjatkan

Sabar ku berhenti sampai di situ?
Tidak !

Luka itu masih segar dalam ingatanmu
Dan kamu (cukup) meragu pada hatiku
Pada aku, pada masa laluku dan pada masa depan kita

Aku harus dan wajib terus bersabar
Demi diriku, demi hubungan kita
Terlebih demi kamu agar yakin
Karena aku tak pernah setengah hati menjalankan sesuatu yang kucintai

Bersamamu, aku menjadi lebih mengerti arti sabar
Terima kasih sayang

Senin, 03 Desember 2012

Menghitung Waktu


Aku terus menghitung waktu. Waktu kebersamaan kita, waktu perpisahan kita dan waktu saat kita bertemu kembali. Sehari, dua hari, seminggu, dua minggu. Masih lama sekali untuk menjalani waktu dua minggu berikutnya. Rindu di pelupuk mata begitu memberatkan. Bahkan teknologi canggih sekalipun takkan mampu mengurangi rindu yang terus menggerogoti tubuhku yang semakin kuyu. 

Seakan tertatih menunggu waktu pertemuan kita. Kita coba mengurangi rasa rindu dengan saling berbicara dan memandang dalam layar kecilku. Namun rasanya semua takkan mampu menyalurkan rinduku yang semakin menggebu. Tak ada sentuhan lembutmu dan sialnya satu kata mampu kubenci saat itu. ‘sinyal’

Senin, 19 November 2012

18 November 2012


Tak banyak yang ingin aku ucapkan padamu
Aku hanya bisa tergugu dan tersenyum simpul
Kala kau dengan malu-malu mengikrarkan hubungan kita
Merci Cheri :*

Selasa, 13 November 2012

sindoro--di sini kulepaskan air mata bulan juni--

Setiap perjalanan memiliki kesan, begitu juga dengan perjalananku kali ini. Perjalanan menghilangkan kesedihan yang teramat dalam, kesedihan akan kesendirian menghadapi ribuan cobaan dan tantangan hidup di negeri orang serta kerinduan yang teramat dalam kepada keluarga yang sampai saat ini belum bisa aku tumpahkan. Beribu rasa terima kasih kuucapkan kepada setiap pihak yang membuatku nyaman dalam perjalananku kali ini. Orang-orang baru dan pengalaman baru. Aku seperti berada di dalam dimensi kehidupan lain. Mencoba menghilangkan kejenuhan dengan caraku sendiri. Menembus alam menggapai padang edelweis.
Semua perjalanan berawal dari curhatku kepada seorang teman. Air mata yang tak dapat kuperlihatkan kepadanya namun dapat ia rasakan. Bagaimana tidak? Aku yang terbiasa mandiri tanpa rasa rindu kepada keluarga, kini teramat sedih dan sendiri di kala aku menghadapi cobaan dari semua keruwetan birokrasi kampus yang semestinya ditanggung bersama sejumlah kawan seperjuanganku. Ia menawarkanku liburan singkat di kota kelahirannya, kota dingin dan sejuta surga. Awalnya aku ragu karena aku telah banyak kehilangan subsidi bulananku untuk acara kemanusiaan yang semestinya ditanggung kampus. Jujur kukatakan aku benci birokrasi di Indonesia.
Dengan bermodal rasa nekat dan putus asa kuputuskan malam itu juga untuk memulai perjalanan ini. Aku dibuat bangun pagi-pagi untuk menggapai bis yang kutumpangi, pergantian bis di tengah jalan karena bis "masuk angin", dan bercakap dengan seorang bapak yang menceritakan keahliannya memasak segala jenis masakan lalu meminta nomor hapeku setelah kuceritakan orang tuaku penjual nasi padang untuk menanyakan perihal bumbu masakan padang yang hingga saat ini dia belum mampu menyamakan rasanya. Di saat itu aku merasa tertekan, sebagai seorang wanita aku tidak terlalu pandai memasak sedangkan dia pandai. Haduh ckckkckckck.... Dan satu hal lagi, saat itu aku tak bisa memberikan nomor gsm-ku dan hanya kuberikan nomor esiaku yang jarang aktif. Maaf yak pak ^_^
Perjalanan sampai di rumahnya, kesan awal yang aku dapatkan pada kota itu hanya satu “Aku suka pemandangan di sini.” Andai aku bisa menemukan pemandangan seperti ini di kota pendidikanku. Cerita terus bergulir, aku mulai diperkenalkan dengan semua teman-temannya. Asik, kesanku pertama kali. Dan aku mulai menikmati kebersamaan ini yang hanya terbilang satu malam saja. Aku belajar membuat nasi kuning ala sederhana.
Di uji keberanianku dan kemantapan hatiku untuk menggapai padang edelweis dengan keenam orang lelaki dengan berbagai macam karakter tanpa temanku itu sendiri. Aku seperti tuan putri di antara mereka. Mereka sangat mengistimewakanku. Tetapi kembali pada jati diriku, aku tidak suka terlalu di manja. Di tengah rasa lelah aku terus melangkah menapaki bebatuan dan pasir di malam hari. Menembus angin yang begitu menusuk pernapasan serta tulangku. Terpaksa tidur di tengah perjalanan karena kencangnya badai danaku terus bertahan. Jangan mengeluh, itulah nasihat temanku sebelum berangkat. Karena angin tak kunjung mereda, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju padang edelweis jam 3 pagi. Kakiku sudah meronta untuk istirahat, badanku tak sanggup mengembalikan keseimbangan tapi semnagatku masih terus berkibar. Kini kupasrahkan segalanya dengan bermodal semangat dan tekad. Walaupun aku berusaha berbohong bahwa aku masih sanggup berjalan, para lelaki itu tahu aku memang tak sanggup berjalan dan memberi waktu untuk tidur lagi selama menunggu beberapa temanku yang masih tertinggal di belakang.
Setelah dirasa jarak puncak sudah dekat, mereka berjalan sendiri tanpa menghiraukanku. Sunrise di puncak yang menjadi tujuan utama dibatalkan karena memang sudah terlambat dengan gangguan angin kencang yang banyak menghabiskan waktu selama 2 jam. Pemandangan yang dihadirkan sebelum puncak kurasakan seperti berada di negeri di atas awan karena awan berada tepat di bawah kaki kita. Kami pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini dan mulai berfoto. Puas berfoto-foto, kami langsung bergegas menuju puncak. Sesampainya di puncak, kami memasak lalu makan mengisi perut yang telah lama kosong. Angin tak juga berhenti berhembus dan membuat kami mengantuk apalagi tadi malam kami terjaga dan hanya tidur sebentar itu pun tak nyaman. Kami pun tertidur selama 2 jam dan bangun jam 10 pagi.
Lalu aku berfoto kembali mengibarkan bendera Matrapala. Melihat Sleeping Bag temanku dibiarkan tergeletak. Aku pun melanjutkan tidur sebentar lalu dibangunkan olehnya untuk siap-siap turun. Perjalanan turun dibagi menjadi 2 kelompok.
Aku berempat berjalan terlebih dahulu karena 1 orang temanku mengalami sakit pada kakinya dan harus dijaga oleh 2 temanku lainnya. Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan 2 temanku yang tampak kebingungan. Ternyata temanku yang cedera menghilang. Setelah menunggu hampir 1 jam, dia pun ditemukan masih berada di dekat puncak karena berjalan perlahan dan banyak istirahat. Kami pun melanjutkan perjalanan. Dan kembali menjadi 2 kelompok dengan formasi yang berbeda dari awal. Berhubung kaki telah letih untuk berjalan dan temanku menemukan ladang yang telah rusak dengan sengaja kami pun memutuskan meluncur turun seperti bermain perosotan di taman kanak-kanak hingga sampai seperempat jalan menuju pos 3. Di sana kami bertemu temanku yang tidak naik ke puncak untuk membawakan kami air minum. Sesampainya di pos 3, aku langsung merebahkan tubuhku untuk kembali beristirahat. Jam 3 sore temanku yang sakit baru sampai dan kami pun siap-siap untuk pulang. Esoknya aku pulang setelah diberikan uang transportasi yang tidak kupinta. Untunglahhh ^^
Seperti keberangkatan, mobil yang mengantarkanku mengalami mogok dan ganti bis sehingga menunggu 1 jam.