Rabu, 06 Maret 2013

bodohh


Menatap nilai saya yang keluar setelah perbaikan tak ada perubahan, saya kecewa sekali. Seperti ditimpuk garam di luka yang saya buat sendiri. Sakittt..
Sebodoh itukah saya dalam dunia pendidikan??
Menghitung jatah belajar saya yang hanya tinggal 1, 5 tahun lagi dengan jumlah nilai-nilai yang kurang memuaskan saya tak yakin bisa mendapatkan IPK minimal 3. Oh my God, what’s wrong with me??
Apakah akan kembali seperti dulu?? Terjatuh di atas keberhasilan kakak saya sendiri? Saya gak kuat kalo lagi – lagi harus kembali terulang. Menjadi yang terburuk setelah keberhasilan kakak sendiri. Saya ingin paling tidak sejajar dengan yang ia dapatkan. Tak perlulah muluk-muluk meminta menjadi di atasnya karena saya tahu persis saya tak pernah menjadi wanita seberuntung dirinya.
Ini sudah yang kesekian kalinya, tapi kenapa sakitnya masih tetap sama?  Bahkan lebih sakit dari biasanya. Lalu di manakah letak kelebihan yang saya miliki? Seperti apakah masa depan saya nanti??
Kalau dalam dunia pendidikan saja saya tak pernah sejajar dengannya. Saya kan hanya ingin sejajar tidak lebih kok.
Huftt, seginikah kemampuan yang saya miliki?? Ini hampir mencapai titik penghabisan kesabaran saya. Terlebih mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu.
Beberapa minggu yang lalu, saya kedatangan seorang teman. Ia sedang berkunjung ke kota pendidikan saya. Di sela-sela kegiatan kami berdua, ia membuka nilai-nilai semesterannya. Agak sedikit lama karena loading lelet. Apa yang terjadi setelah loading selesai dan semua nilai terbuka semua. Ia menangis tak ada henti-hentinya. Apakah ia mendapatkan nilai E atau D? tidak, ia hanya mendapatkan nilai B.
Ya Tuhan, jika dengan mendapatkan nilai B saja ia sudah menangis seperti itu lalu bagaimana dengan nilai saya yang jauh dari nilai dirinya?? Mungkin matanya tak bisa membuka saking hebatnya tangisan yang ada. Seperti diejek goblok atau bodoh luar biasa dengan sikap yang ia lakukan. Ingin rasanya saya berteriak menyuruhnya diam dan berhenti menangis. Apa yang ia dapatkan masih lebih baik daripada yang aku miliki. Tapi aku tak sanggup mempermalukan diriku sendiri. Aku cukup diam dan menangis hebat di dalam hati. Semua yang aku dapatkan adalah hasil jerih payah usahaku sendiri. Seperti itulah kemampuanku, terlalu rendah.