Sabtu, 27 Oktober 2012

PLEASEE

“are there someone who can be angry if you accompany me watching film?”
Oh my God !!
That word again??
Aargghhhh…
How much I must tell you, just you in my heart
Although I never say it
how ? i can tell you just for you I give my long time
Just for you
Must my tongue to say it?

Jumat, 26 Oktober 2012

Kau (WAJIB) Harus Bangkit



Hanya Tuhan yang tahu segalanya. Dan hanya takdir yang bikin kita stuck pada satu kenyataan.
Jika tahun lalu di saat aku harus menangis di dalam hati karena ditolak mentah-mentah oleh seorang (mantan) gebetan. Oleh kamu. Tahun ini aku kembali menangis karena takdir menolak mentah-mentah perjuangan kamu untuk cepat sembuh.
“kamu lagi dikurangin dosanya.” Hiburku .
Hanya hening balasanmu, meski kutahu kamu sudah tak punya harapan dalam imajimu.
Aku memandang sekitar. Melihat (mantan) calon orang yang bisa aku panggil ibu, melihat (mantan) calon yang bisa aku panggil bapak dan adik wanitamu yang seumuran denganku yang mungkin bisa aku ajak bercerita bagaimana kenangan bersamamu. Mereka mendoakanmu lebih dari yang kau tahu. Mereka bahkan berdoa dalam candaan, berdoa dalam diam dan dalam gelisahnya tidur mereka.
Mereka bahkan sejatinya tak pernah tidur. Mereka menangis dalam tawa, menangis dalam senyuman. Menangis karena kau semakin kalah. Kau kalah dengan takdir. Kau tak pernah bangkit atau bahkan takut untuk bangkit.
Tak bisakah kau lihat bengkaknya mata mereka, sembabnya hati mereka. Itu smeua karena kau mengalah. Mengalah pada takdir yang terus menertawakanmu.
Asal kau tahu, takdir tak berniat menjerumuskanmu. Ia hanya ingin kau bangkit dari kekalahan. Yang sejatinya kau tak pernah kalah jika bersikap.
Tidakkah kehadiranku mampu manambah semangatmu. Aku akan menemani jika itu membantumu. Sungguh. Bukan karena ada cinta yang tersisa. Hanya saja kau sudah lebih dari sekedar teman. Kau sahabatku kini. Asal kau tahu, aku ikut menangis kala melihat ibumu menangis di hadapanku. Bukan air mata memang yang jatuh. Tapi semua curhatannya mampu merobek hati malaikat pencabut nyawa sekalipun. Andai dia ibuku, mungkin aku tak pernah berhenti bersujud di kakinya meminta agar berhenti menangis.
Bangkitlah sobat. Kamu pasti bisa. Tuhan akan membantumu kalau kau mau. Dia ingin lihat kegigihan hatimu. Sama seperti kau gigih untuk tak berhenti menghisap barang haram itu. Sudah kubilang berkali-kali. Berhentilah merokok. Tapi kamu dengan kekerasan hatimu tak pernah mau menurut.
Lihatlah kini!
Kau bahkan benci sekali melihat iklannya yang selalu laku di televisi. Kau benci sekali hingga memaki-maki di dunia maya. Untuk apa sobat? Semua penyesalan sudah terlambat. Yang tersisa hanyalah semangat juangmu untuk sembuh. Aku mendoakanmu. Kami semua teman-temanmu tak berhenti mendoakanmu.
Karena kamu bagian dari hidup kami. Bagian dari puzzle cerita kehidupan kami. Tanpamu aku tak pernah lihat kuda laut saat berenang.

Rabu, 24 Oktober 2012

yakinkan aku, senja...



Hai, senja..
Sepertinya belakangan ini kamu sibuk sekali, hingga membalas suratku saja kau tak mampu. Hujankah di sana? Badaikah? Atau malah terang menyejukan seperti kamu di hatiku.
Senja aku khawatir, khawatir sekali dengan dirimu yang tak mampu kusentuh. Dirimu yang tak mampu kugenggam atau kukecup barang sebentar.
Aku takut kita menjauh karena hubungan ini. Hubungan yang tak bisa kujelaskan. Dan hanya masing-masing dari hati kita yang mengetahuinya, seperti apa kita memulai hubungan ini.
Jika kubercermin pada genangan air, aku selalu mampu melihat pertama kali mata kita saling memandang. Tangan kita saling menggenggam menyelamatkan. Dan kamu yang terus mencoba bercerita dongeng apa saja.
Aku memang meragu kala itu, takut semua pandangan itu salah. Takut kalau kebersamaan kita sebenarnya hanya ilusi. Takut semua hilang secepat kita berkenalan.
Tapi nyatanya, kau selalu mampu menyadarkanku. Ada kamu yang tersimpan dalam hatiku.
Senja, andai kau tahu. Aku tak mampu lagi dengan jarak yang membentang di antara kita. Aku tak mampu melihatmu hanya dari bentukan awan di langit sana. Aku tak mampu mendengar lewat hembusan angin yang membawa suara merdumu. Aku tak mampu sama sekali.
Aku hanya berusaha untuk mampu. Berusaha untuk tersenyum bahwa ada kamu di sana yang setia menungguku. Berusaha yakin pada hati yang selalu goyah diterpa ombak. Berusaha percaya pada janji yang bahkan tak pernah kau ucapkan. Berusahaa..
Huft, entah pada apa aku berusaha. Bahkan aku tak tahu.
Kamu tak pernah menjabarkan arti hubungan kita. Engkau hanya bisa memandang dan cukup sampai di situ.
Aku bukan peramal yang bisa menebak dengan akurat dalam isi hatimu. Aku bukan cenayang yang bisa melihat hanya ada aku di matamu. Aku hanyalah gadis yang tak mampu lagi berkata apa-apa pada hubungan kita.
Bosankah aku??
Aku tak tahu senjaa.
Mungkin aku hanya ingin kepastian. Seperti gadis pesisir lainnya bersama kekasih idaman. Sedangkan aku? Aku tak bisa menjelaskan pada rumput yang bergoyang mengenai hubungan kita.
Haruskah aku yang berkata duluan? Haruskah kamu mendengar penjelasan dari lidahku yang kelu?
Aku mohon, lihatlah mataku yang selalu berbinar melihatmu. Aku mohon, dengarlah hatiku yang selalu bersorak ketika di dekatmu. Aku mohon, rasakanlah dinginnya tanganku ketika kau genggam. Aku mohonnn..
Tidakkah cukup semua itu?
Aku sudah sekian kali terpuruk karena harapan ilusi. Aku sudah sekian kali tersungkur dalam lubang yang sama. Aku sudah berusaha bangkit dan menghindar. Tapi terlalu banyak dan aku lemah tak berdaya. Apakah kamu akan menambah lubang jatuhku?
Jawab senja !!!!
Meski dalam mimpiku