Rabu, 24 Oktober 2012

yakinkan aku, senja...



Hai, senja..
Sepertinya belakangan ini kamu sibuk sekali, hingga membalas suratku saja kau tak mampu. Hujankah di sana? Badaikah? Atau malah terang menyejukan seperti kamu di hatiku.
Senja aku khawatir, khawatir sekali dengan dirimu yang tak mampu kusentuh. Dirimu yang tak mampu kugenggam atau kukecup barang sebentar.
Aku takut kita menjauh karena hubungan ini. Hubungan yang tak bisa kujelaskan. Dan hanya masing-masing dari hati kita yang mengetahuinya, seperti apa kita memulai hubungan ini.
Jika kubercermin pada genangan air, aku selalu mampu melihat pertama kali mata kita saling memandang. Tangan kita saling menggenggam menyelamatkan. Dan kamu yang terus mencoba bercerita dongeng apa saja.
Aku memang meragu kala itu, takut semua pandangan itu salah. Takut kalau kebersamaan kita sebenarnya hanya ilusi. Takut semua hilang secepat kita berkenalan.
Tapi nyatanya, kau selalu mampu menyadarkanku. Ada kamu yang tersimpan dalam hatiku.
Senja, andai kau tahu. Aku tak mampu lagi dengan jarak yang membentang di antara kita. Aku tak mampu melihatmu hanya dari bentukan awan di langit sana. Aku tak mampu mendengar lewat hembusan angin yang membawa suara merdumu. Aku tak mampu sama sekali.
Aku hanya berusaha untuk mampu. Berusaha untuk tersenyum bahwa ada kamu di sana yang setia menungguku. Berusaha yakin pada hati yang selalu goyah diterpa ombak. Berusaha percaya pada janji yang bahkan tak pernah kau ucapkan. Berusahaa..
Huft, entah pada apa aku berusaha. Bahkan aku tak tahu.
Kamu tak pernah menjabarkan arti hubungan kita. Engkau hanya bisa memandang dan cukup sampai di situ.
Aku bukan peramal yang bisa menebak dengan akurat dalam isi hatimu. Aku bukan cenayang yang bisa melihat hanya ada aku di matamu. Aku hanyalah gadis yang tak mampu lagi berkata apa-apa pada hubungan kita.
Bosankah aku??
Aku tak tahu senjaa.
Mungkin aku hanya ingin kepastian. Seperti gadis pesisir lainnya bersama kekasih idaman. Sedangkan aku? Aku tak bisa menjelaskan pada rumput yang bergoyang mengenai hubungan kita.
Haruskah aku yang berkata duluan? Haruskah kamu mendengar penjelasan dari lidahku yang kelu?
Aku mohon, lihatlah mataku yang selalu berbinar melihatmu. Aku mohon, dengarlah hatiku yang selalu bersorak ketika di dekatmu. Aku mohon, rasakanlah dinginnya tanganku ketika kau genggam. Aku mohonnn..
Tidakkah cukup semua itu?
Aku sudah sekian kali terpuruk karena harapan ilusi. Aku sudah sekian kali tersungkur dalam lubang yang sama. Aku sudah berusaha bangkit dan menghindar. Tapi terlalu banyak dan aku lemah tak berdaya. Apakah kamu akan menambah lubang jatuhku?
Jawab senja !!!!
Meski dalam mimpiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^