Jumat, 26 Oktober 2012

Kau (WAJIB) Harus Bangkit



Hanya Tuhan yang tahu segalanya. Dan hanya takdir yang bikin kita stuck pada satu kenyataan.
Jika tahun lalu di saat aku harus menangis di dalam hati karena ditolak mentah-mentah oleh seorang (mantan) gebetan. Oleh kamu. Tahun ini aku kembali menangis karena takdir menolak mentah-mentah perjuangan kamu untuk cepat sembuh.
“kamu lagi dikurangin dosanya.” Hiburku .
Hanya hening balasanmu, meski kutahu kamu sudah tak punya harapan dalam imajimu.
Aku memandang sekitar. Melihat (mantan) calon orang yang bisa aku panggil ibu, melihat (mantan) calon yang bisa aku panggil bapak dan adik wanitamu yang seumuran denganku yang mungkin bisa aku ajak bercerita bagaimana kenangan bersamamu. Mereka mendoakanmu lebih dari yang kau tahu. Mereka bahkan berdoa dalam candaan, berdoa dalam diam dan dalam gelisahnya tidur mereka.
Mereka bahkan sejatinya tak pernah tidur. Mereka menangis dalam tawa, menangis dalam senyuman. Menangis karena kau semakin kalah. Kau kalah dengan takdir. Kau tak pernah bangkit atau bahkan takut untuk bangkit.
Tak bisakah kau lihat bengkaknya mata mereka, sembabnya hati mereka. Itu smeua karena kau mengalah. Mengalah pada takdir yang terus menertawakanmu.
Asal kau tahu, takdir tak berniat menjerumuskanmu. Ia hanya ingin kau bangkit dari kekalahan. Yang sejatinya kau tak pernah kalah jika bersikap.
Tidakkah kehadiranku mampu manambah semangatmu. Aku akan menemani jika itu membantumu. Sungguh. Bukan karena ada cinta yang tersisa. Hanya saja kau sudah lebih dari sekedar teman. Kau sahabatku kini. Asal kau tahu, aku ikut menangis kala melihat ibumu menangis di hadapanku. Bukan air mata memang yang jatuh. Tapi semua curhatannya mampu merobek hati malaikat pencabut nyawa sekalipun. Andai dia ibuku, mungkin aku tak pernah berhenti bersujud di kakinya meminta agar berhenti menangis.
Bangkitlah sobat. Kamu pasti bisa. Tuhan akan membantumu kalau kau mau. Dia ingin lihat kegigihan hatimu. Sama seperti kau gigih untuk tak berhenti menghisap barang haram itu. Sudah kubilang berkali-kali. Berhentilah merokok. Tapi kamu dengan kekerasan hatimu tak pernah mau menurut.
Lihatlah kini!
Kau bahkan benci sekali melihat iklannya yang selalu laku di televisi. Kau benci sekali hingga memaki-maki di dunia maya. Untuk apa sobat? Semua penyesalan sudah terlambat. Yang tersisa hanyalah semangat juangmu untuk sembuh. Aku mendoakanmu. Kami semua teman-temanmu tak berhenti mendoakanmu.
Karena kamu bagian dari hidup kami. Bagian dari puzzle cerita kehidupan kami. Tanpamu aku tak pernah lihat kuda laut saat berenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^