Rabu, 23 April 2014

bukan tentang air mineral atau relationship

Selarut ini aku masih terjaga dan belum mampu tertidur. Ditemani oleh sebotol air mineral yang entah sehat atau tidak (belakangan banyak kontoversi mengenai air mineral). Dengan lagu-lagu 2014 terbaru yang aku colong dari dokumennya music director di radio tempat aku menyalurkan omongan gak jelas yang aku punya. Ya meskipun kadang ngomongnya itu-itu aja karena cuma requestan lagu. Coba aja request makanan atau request cari pacar. Ah pacar??? Kenapa saya selalu suka membicarakannya. Tapi stoppppp!! Malam ini saya berjanji untuk tidak menuliskannya. Bukan karena mau menghindar dari tema yang selalu menggelitik ini tapi cuma bentuk lampu kuning karena ditinggal tidur oleh pacar berkali-kali.

Oke, beberapa hari yang lalu baru aja ikut pelatihan online dengan salah satu editor kesukaanku. Enggak tahu karena yang paling kenal cuma dia doang, apa karena dia yang paling baik selama ini yang aku kenal. Ah, lupakan. Tapi yang jelas, aku masih punya PeEr satu buah cerpen dengan 10.000-11.000 cws. Yang biasanya kalo otak ini lagi lancar jaya bisa diselesaikan dalam waktu satu jam saja. Tapi ini sudah tiga hari dan tidak ada sedikit pun ide yang lewat di otak. Alhasil saya curcol disini aja. enggak butuh dilihat juga karena cuma mau nulis. Ya buat yang lihat dibaca aja ya. Enggak perlu dikomen apalagi di like karena ini bukan fesbuk ataupun diretweet kayak cap burung biru itu.


Aku udah coba dengan gaya orang lain. Agak dibuat lucu di pembuka cerita tapi langsung mati gaya setelah dua kalimat. Karena itu bukan gue banget coyyy. Aku tetap dengan tulisan yang selow mellow. Agak sedikit sedih dan agak berat tulisannya. Mungkin genre dewasa meskipun aku masih unyu-nuyu. Enggak tahu kenapa lebih suka dengan genre yang itu. Entah karena keseringan baca tere liye yang bahasanya agak berat dibanding teenlit jaman sekarang atau karena udah lama gak baca teenlit karena keseringan baca tere liye (apa bedanya? L) akhirnya nulis begini aja deh cuma setengah menit tapi udah banyak. Mungkin karena tulisannya ngasal atau karena curhat karena enggak ada lagi pundak yang kosong (butuh pundak woyyy)

Jumat, 18 April 2014

aku benci barang haram itu


siapa yang enggak bahagia bertemu dengan kekasih yang jauh jaraknya. Hubungan jarak jauh bukanlah hubungan yang mudah. Untuk itu, sebuah pertemuan sebaiknya dimanfaatkan dengan baik masing-masing pasangan untuk saling mengungkapkan rindu yang menggebu. Tapi apa jadinya jika ketika pertemuan yang dinanti tiba bukanlah tawa yang ada melainkan air mata? Apa rasanya jika di detik-detik penantian sebuah imajinasi liar bermain akan sebuah ucapan manis dan saling memuji malah yang keluar adalah makian dan caci?

Jawabannya hanya satu yaitu menyakitkan. Entah sudah berapa banyak air mata yang harus terbuang sia-sia ketika kamu menyia-nyiakan pertemuan yang kita impikan ini. Pertemuan yang menjadikan sulit tidur dan wajah senyum senyum sendiri. Sayangnya, semua itu hanyalah mimpi. Lagi-lagi aku bermimpi bisa menghabiskan waktu sepenuhnya tawa denganmu. Selalu ada tangis, selalu ada rasa kecewa, dan selalu ada hati yang terluka. Entah apa yang ada di pikiranmu saat kau melukai hatiku lagi dan lagi. Entahlah. Aku gak pernah tahu dan gak pernah bisa menebaknya.

Kamu tahu, aku ingin kamu bahagia. Kamu tahu, aku hanya ingin kamu sehat sampai tua. Kamu tahu, aku hanya ingin kamu bermanfaat entah untuk dirimu sendiri atau pun orang lain. Tapi rasanya keinginanku itu sulit sekali tercapai. Kamu selalu menolaknya, selaltu tak mengindahkannnya, selalu acuh. Bukankah sudah banyak iklan, artikel, bahkan berita lainnya tentang bahaya merokok? Bukankah kamu juga sudah tahu persis buruknya jika kau mencintai kegiatan itu? Tapi kenapa masih kau lakukan?

Aku tidak ingin mencampuri pribadimu. Aku tidak ingin membatasi dirimu. Aku hanya ingin kamu mencintai dirimu sendiri karena dengan begitu aku sadar kamu bisa mencintaiku dengan baik. Kalau dengan dirimu sendiri yang setiap hari kamu bawa dan rasakan tidak kamu cintai, lalu bagaimana dengan aku yang jauh darimu? Bagaimana dengan aku yang bahkan kamu masih menebak-nebak bagaimana aku sebenarnya?
Bukankah kamu tak ingin melihatku menangis? Bukankah kamu jengah dengan setiap amarahku? Tapi kenapa selalu kau buat hatiku sakit? Senangkah kamu sebenarnya dengan hatiku yang semakin hari semakin rusak karena ulahmu? Huft..


Kalau kamu ingin aku berhenti menasihatimu. Ingin aku berhenti menceramahimu tentang kesehatan. Aku akan berhenti. Itu berarti aku akan mengurangi rasa cintaku karena cinta itu berarti peduli. Karena cinta itu berarti mengasihi.