Selasa, 16 Juli 2013

Mahal Harganya

Selamat ya..
Selamat untukmu..

Kamu berhasil membuktikan padaku bahwa kamu itu selalu yang terhebat.  Entah kebanggaan seperti apa yang meluap dari dalam diriku memiliki kamu. Kamu memang selalu yang terhebat. Semua orang akan bangga kepadamu.

Aku tidak berbuat apa-apa dalam keberhasilanmu ini. Hanya menyupport dari  jarak yang begitu jauh. Hanya mencoba memarahi ketika kamu sudah mulai kendor untuk gigih. Hanya menyemangati ketika kamu terserang virus pesimis akutmu. Hanya itu. Apalah gunanya, kalau di dalam dirimu memang tidak ingin berubah. Well, kenyataannya kamu memang yang terhebat. Aku yakin tanpa aku pun sebenarnya kamu selalu berhasil.

Entah kebahagiaan apa yang kau miliki karena aku? Aku tak tahu. Yang aku tahu, aku tak berhasil. Aku gagal. Kepercayaanmu itu mungkin sudah mati terhadapku. Sebesar apapun usahaku mencoba berbagai cara membuktikan bahwa aku benar-benar berubah. Bahwa aku ingin memperbaiki kesalahanku. Oh Tuhan, aku sekarang hampir di ambang keputusasaan. Aku putus asa mengambil hatinya. Aku putus asa mencari kepercayaannya lagi.

Kamu sudah benar-benar hilang kepercayaan kepadaku. Huft. Tak apa. Sungguh tak apa. Suatu saat nanti kepercayaan itu pasti ada. Ya, saat aku sudah mati.


Maaf berita bahagia ini harus dicampur rasa kecewaku. Entahlah, apa ini rasa kecewa, sedih atau rasa yang lain.