Rabu, 09 Januari 2013

Karena Aku


Di pekatnya malam ku termangu
Menatap semburat cahaya yang mengabu di ujung pelita
Membuyarkan pandangan tuk berjalan

Aku seperti tersesat dalam ketidakberdayaan
Tak berdaya menatap langit yang semakin menghitam
Tak berdaya berjalan di antara kegelapan
Dan kini aku tersungkur

Menyadari betapa ini semua salahku
Aku yang sulit menerima penjelasan
Aku yang sulit berbicara apa yang kurasakan
Hingga diam mengunci rongga tenggorokanku
Dan badai memporakporandakan semua

Rasa sakit, kecewa hingga air mata yang mengalir dalam panasnya suhu tubuh

Semua ini salahku
Semua ini karena ku
Aku yang tak ingin dibohongi
Aku yang tak ingin adanya pengkhianatan
Aku yang takut kehilangan
Tapi malah aku yang merusak nada kehidupan yang berjalan harmonis
Maafkan aku

Selasa, 08 Januari 2013

Trust Me


Jangan khawatir sayang. Aku di sini baik-baik saja dan pertapaanku tidak akan membuat hubungan kita berubah. Masih akan sama seperti sebelum malam itu. Aku hanya ingin sendiri. Hanya ingin berpikir dengan kepala dingin tanpa menyalahkan siapa pun.
Tak ada yang salah dalam hubungan kita. Aku hanya ingin mencerna kata-katamu dengan bijak. Bukankah memang tidak ada yang mengkhianati satu sama lain? Itu hanya permasalahan masa lalu bukan? Aku percaya kamu seutuhnya. Kamu tidak akan menyakitiku.
Enggak munafik. Aku cemburu sama wanita itu. Cemburu sama pesan singkat kamu yang intens. Hemm.. mungkin benar kamu lupa menghentikan pesan yang kamu sudah rancang secara otomatis dikirim tiap malam pada saat itu. Tapi bukankah semestinya kamu menghindari hal-hal yang seperti ini sebelum hubungan ini resmi. Kamu seperti tidak ada respectnya sama sekali sama aku. Huft
Ya, mungkin benar kamu lupa. Manusia tempat salah dan lupa bukan? Aku hanya.. Huft, maafkan aku..
Aku juga wanita biasa yang tak bisa menerima kehadiran orang lain di  dalam hubungan kita. Aku begitu percaya denganmu. Semua tanggapan miring tentang kamu, tentang hubungan jarak jauh kita, selalu aku tepis. Lalu bagaimana cara aku menepisnya kalau ini yang terjadi. Plis, jangan pernah merusak kepercayaanku
Stoppp it Dilaaaaa...
Bukankah aku tidak ingin menyalahkan siapapun di awal tulisan ini. Maaf aku tidak fokus.
Aku amat mencintaimu, sayang. Itu kenapa aku ingin bertapa sehari saja untuk menenangkan emosi yang membara ini. Aku takut kalau berbicara malah salah. Plis, hargai keputusanku. Jaga kesehatanmu baik-baik ya. Aku enggak mau denger kabar buruk karena ini. Miss you, honey

Jumat, 04 Januari 2013

tak perlu judul


Baru 47 hari sayang kalau kamu ingin menamatkan hubungan kita..
Belum terlambat sungguh meski takkan pernah kutemukan obat jika itu terjadi..
Tapi itu lebih baik daripada kita tersiksa dengan sugesti-sugesti kita sendiri
Tak mudah menjalin hubungan dengan jarak membentang luas di antara kita
Selalu ada saja kekhawatiran, curiga berlebihan bahkan rusaknya kepercayaan dengan imajinasi kita sendiri
Masa lalu kamu?? Omongan orang tentang hubungan jarak jauh?? Semuanya persetan !
Aku benci sekali. Saking bencinya aku hanya bisa memendam amarah kalau kau terus mencurigai aku
Mungkin hanya becandaanmu saja, tapi buatku becandaanmu itu wujud beberapa persen dari hati terdalammu
Bukan cuma kamu yang tersiksa dengan keadaan ini, Aku!
Aku lebih tersiksa sayang asal kau tahu
Aku harus mencoba sabar berkali-kali menutupi keraguan kamu kala kita berpisah
Aku harus bersabar menunggu kamu selesai bekerja untuk sekedar berkabar
Aku harus mengelus dada kala jaringan seluler menamatkan perbincangan kita
Kamu itu kekasih pertama aku
Aku ingin kayak wanita lainnya di saat kekasih pertama hadir dalam hidupnya
Setiap hari melihat kamu, dielus-elus kepalanya, makan bareng atau sekedar berbincang empat mata
Hanya kamu dan aku
Aku hanya ingin kamu berpikir ulang mengenai hubungan kita
Jangan berpikir buruk dulu !
Bukan karena ada orang lain di antara kita
Sungguh hanya kamu dan aku
Bukankah dari awal aku sudah bilang sanggup menjalaninya bersama kamu meski jarak menjadi musuh utama kita?
Aku hanya mulai lelah menghadapi trauma kamu
Terserah kamu mau bilang aku jahat atau apalah
Aku paling enggak bisa dicurigai sayang
Pernah dulu aku dicurigai seseorang yg padahal aku tak pernah melakukannya
Hingga akhirnya aku bosan dan melakukan apa yang dicurigai itu
Aku gak mau itu terjadi pada hubungan kita sayang
Aku gak mau menyakiti kamu

Rabu, 02 Januari 2013

buat kamu calon imamku kelak


Ternyata sedikit banyak pembicaraan mengenai jodoh itu mengusikku..
Entahlah siapa yang Allah kasih untuk jodohku kelak. Entah dia yang sudah terlihat di pelupuk mata atau bahkan orang yang sama sekali belum pernah dipertemukan denganku.
Yang pasti pernikahan itu akan berlangsung di kala semua restu dari keluarga kudapatkan serta kelulusan kuliahku.
Aku mungkin tidak meminta banyak dari kamu wahai calon suamiku kelak, siapapun itu, bagaimanapun wujudmu atau apapun pekerjaanmu. Yang ku pinta hanyalah,
Duhai calon Suamiku…

Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, “Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.” [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.
Duhai calon suamiku...
Bila nanti kita bangun rumah tangga dan di sana kulakukan sebuah kesalahan. Aku mohon engkau mampu menasehatiku dengan baik dan mengajarkanku pada kebaikan.
Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Allah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah berusaha taat kepadamu.

Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku.

Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seseorang, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?” Ali r.a. pun menjawab, “Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya.” Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.
Engkau yang nanti menjadi teman hidupku. Sepatutnya engaku yang imannya lebih baik dariku. Agar aku bisa kau tuntun menuju syurga. Agar nanti kita memiliki anak-anak yang soleh dan solehah berkat kemuliaanmu.
Siapapun calon imamku kelak. Aku menunggumu di sini. Di tempat ku berdiri mengharapkan jodoh yang terbaik akhlak serta perilakunya.