Senin, 24 Juni 2013

Cemburu itu Begitu Hebatnya

Ketika kita memiliki perasaan sayang kepada seseorang, pastilah kita ingin menjadikan dirinya satu-satunya yang berada di hati kita. Tak ada yang lain, tak ada pengganggu apalagi yang bisa menggantikan. Begitu sebaliknya yang kita inginkan dari orang yang kita sayang. Kita ingin dia hanya mengingat kita, di hatinya hanya ada nama kita hingga tak boleh dia tertawa lepas dengan orang lain selain sama kita. Harus cerita semua tentangnya sama kita, biar kita tahu apa yang terjadi pada dirinya. Tak boleh ada yang ditutup-tutupi hingga di hidupnya cuma kita lah yang terpenting setelah keluarganya.
Begitulah sisi lain mencintai seseorang. Ada efek samping “pemaksaan” yang jika tidak diikuti akan ada efek lain yang lebih besar. Kata halusnya sih mencoba menjaga perasaan orang yang kita sayang dan mencoba saling mengerti. Semakin tinggi pohon tumbuh maka akan semakin tinggi pula angin yang berhembus. Seperti itu pula lah cobaan yang dihadapi dalam hubungan kasih sayang. Semakin mencintai seseorang terhadap kita, maka akan semakin besar pula rasa cemburu yang ia punya.
Besar dampak cemburu yang dipunya oleh seseorang ketika ia ingin menjadikan kita satu-satunya dalam hidupnya. Ia selalu curiga dengan orang yang ada di sekitar kita, terlebih jika dilihat kita memiliki tingkat kenyamanan yang menurutnya “kurang wajar”. Hemmm..
Itulah yang kini aku rasakan. Rasa cemburu itu. Terkadang bahkan ketika kita merasa cemburu, selalu terbersit sedikit ketidakadilan. Tidak adil karena tidak bisa bergaul dengan siapa saja seperti dulu. Merasa tidak adil karena ketika kita yang merasa cemburu, kekasih kita bilang “aku hanya teman biasa sama dia”. Huft, itu ciri-ciri ketidakadilan dalam memiliki rasa cemburu.
Bolehkah cemburu itu sepihak?? Kamu aja yang boleh cemburu, aku enggak. Atau bahkan aku doang yang boleh cemburu kamu enggak. Buatku itu salah satu ketidakadilan jenis kedua. Cemburu itu begitu hebatnya. Memaksa kita untuk sekedar patuh pada suatu hal yang sebenarnya tidak terjadi apa-apa.
Kamu. Ya, kamu yang berada di ujung pulau sana. Semoga kamu tidak lupa bahwa ada satu nama yang membuatku gelisah jika melihatnya dalam beranda facebookmu. Kamu. Iya kamu seorang yang selalu menegaskanku bahwa kamu dan dia hanya beradik-kakak, tidak lebih. Kamu. Masih tetep kamu, sayangku, yang entah tahu atau tidak rasa cemburuku tetap ada meski kamu bercerita menjelaskan semuanya panjang lebar. Tak bolehkah aku cemburu?? Mungkin aku salah jika cemburu padamu yang begitu mencintaiku.
Aku. Ya, aku yang kini mengetikkan kata-kata dengan sedikit emosi terkadang kau batasi gerak lingkup pertemananku. Aku. Masih tetap aku yang kamu sayang dan menyayangimu, tapi kamu putuskan tali pertemananku dengan orang lain yang kau anggap memiliki peluang meski sedikit, nantinya menaruh hati pada orang lain. Dan aku mencoba menerimanya, jika itu membuat hubungan kita baik-baik saja. Aku. Wanita yang berada jauh darimu, yang ingin berteriak cemburu dan entah benar atau tidak hatiku bertanya apakah kau mengerti mauku. Apa boleh aku cemburu sama seperti kamu cemburu kepadaku??
Plakkk ! aku menampar wajahku sendiri hingga memerah. Sakit sekali. Tapi aku yakin sakit dan merahnya di pipiku tak pernah bisa menggantikan sakit hatimu yang dulu kulukai dan kini coba kau obati. Masa lalu itu, sungguh menyiksaku. Memaksaku untuk bersabar dan menerima apa yang terjadi. Salah sendiri cari gara-gara, makiku pada diri sendiri.
Huft, aku tidak boleh menuntut. Aku hanya boleh menerima apa yang terjadi. Kamu tidak akan melakukan apa yang dulu pernah kulakukan. Yang perlu aku lakukan kini hanya bersikap baik dan mencoba terus menerus bahkan hingga merayap sampai aku kehabisan tenaga untuk bisa mendapatkan kepercayaan penuhmu kembali.
Maafkan aku. Maafkan luka yang dulu kutorehkan. Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri. Sungguh, tidak hanya kamu yang marah atas apa yang dulu kulakukan. Tapi diriku sendiri pun merasa hal yang sama. Aku marah pada diriku sendiri karena bodoh dan terlalu jahat bisa membuatmu kini bahkan hilang kepercayaan kepadaku.
Maafkan aku, kumohon.

(*aku senang kamu kini berteman baik kembali dengan wanita manis itu. Semoga hubungan pertemanan kalian tidak pernah putus. I wish.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^