Menjadi seorang mahasiswa dan bisa
belajar di salah satu universitas negeri terbaik di Negara ini membuatku bangga
bukan main. Ya, meskipun kuakui, aku tidak berada pada jurusan yang awalnya
kuincar tapi tak apalah. Mungkin emang ini takdirnya. Karena terlalu terobsesi
pada satu universitas di kota seniman itu saja membuatku buta akan info
universitas yang menuliskan namaku di dalamnya.
Di awal masuk kuliah, aku kaget bukan
main ketika mengetahui jadwal kuliahku baru di mulai dari sore hingga menjelang
orang-orang menarik selimut. Aku pikir, aku akan kuliah pagi seperti kakakku
atau seperti jadwal ketika aku di SMA dulu. Tapi ternyata aku masuk dari jam 5
sore setiap hari. Ya, aku masuk dalam jalur mandiri 2 yang notabenenya adalah
ekstensi coret. Kenapa aku bilang ini ekstensi coret, karena satu tahun
sebelumku, jalur yang aku ambil ini adalah jalur yang diperuntukkan untuk
anak-anak yang ingin bekerja sambil kuliah namun ketika tahun ajaranku namanya
berganti.
Hanya persoalan nama saja yang
berganti. Sistem perkuliahan, cara mengajar hingga biaya yang harus dikeluarkan
sama saja dengan ekstensi. Ada satu hal yang paling aku benci pada jalur ini. Diskriminasi.
Ya kesenjangan yang ada antara kami pihak ekstensi coret dengan mereka pihak regular
1 atau jalur pmdk. Meskipun kami membayar biaya kuliah 2x lipat dari mereka
para regular 1 tapi perlakuan untuk kami jauh di bawah mereka. Kami sama sekali
tidak mendapatkan guru native speaker,
kami tidak memiliki jadwal yang pasti atas perkara ujian pertengahan hingga
ujian akhir semester (meskipun kadang kusyukuri karena kita punya wkatu libur
lebih lama dengan resiko tanpa minggu tenang dan diburu-buru pihak kampus
karena mereka ingin fokus mempersiapkan suasana ujian yang kondusif bagi anak regular
1), dan yang paling bikin kesal di hati kami beberapa dosen terhormat
mengatakan bahwa kami kuliah bukan karena otak yang kami miliki tapi karena
uang kami yang banyak.
Jujur, aku sakit hati sekali
mendengar beberapa dosen yang menyebutkan kami seperti itu. Pasalnya, saya
sebagai anak yang berasal dari keluarga sederhana, memiliki adik yang banyak
yang masih panjang perjalanan menuntut ilmunya dan tidak memiliki uang yang
banyak untuk masuk kuliah dengan jurusan yang aku inginkan. Membuatku harus mengalah
pada keadaan bahwa aku hanya bisa berkuliah di jurusan ini. Tapi dengan
gampangnya, mulut-mulut beliau para dosen terhormat mencaci maki kami. Jujur saya
memilih jurusan ini karena ini yang termurah dari biaya yang lain, so jangan
pernah bilang saya masuk ke jurusan ini karena saya kaya. Ya, saya akui
beberapa dari kami adalah orang yang hanya mengandalkan uang melimpah dari
orang tuanya dan belajar semaunya. Tapi tolong dengan sangat jangan pernah
menyamaratakan semua orang. Setiap orang memiliki tujuan berbeda, impian berbeda
serta maksud kuliah berbeda.
Saya berdiri di jurusan yang sekarang
ini lewat jalur yang membutuhkan uang berlebih bukan karena ingin mencari gelar
lalu selesai begitu saja. Tapi saya ingin menguji diri saya berdiri pada
jurusan yang membuat saya tertantang untuk menaklukannya. Meskipun saya tidak
bisa mendapatkan jurusan yang saya inginkan setidaknya dari jurusan ini bisa
membawa saya pada titik dimana saya bisa mendapatkan impian saya besok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^