Minggu, 23 Juni 2013

jangan samakan aku dengan yang lainnya

Menjadi seorang mahasiswa dan bisa belajar di salah satu universitas negeri terbaik di Negara ini membuatku bangga bukan main. Ya, meskipun kuakui, aku tidak berada pada jurusan yang awalnya kuincar tapi tak apalah. Mungkin emang ini takdirnya. Karena terlalu terobsesi pada satu universitas di kota seniman itu saja membuatku buta akan info universitas yang menuliskan namaku di dalamnya.
Di awal masuk kuliah, aku kaget bukan main ketika mengetahui jadwal kuliahku baru di mulai dari sore hingga menjelang orang-orang menarik selimut. Aku pikir, aku akan kuliah pagi seperti kakakku atau seperti jadwal ketika aku di SMA dulu. Tapi ternyata aku masuk dari jam 5 sore setiap hari. Ya, aku masuk dalam jalur mandiri 2 yang notabenenya adalah ekstensi coret. Kenapa aku bilang ini ekstensi coret, karena satu tahun sebelumku, jalur yang aku ambil ini adalah jalur yang diperuntukkan untuk anak-anak yang ingin bekerja sambil kuliah namun ketika tahun ajaranku namanya berganti.
Hanya persoalan nama saja yang berganti. Sistem perkuliahan, cara mengajar hingga biaya yang harus dikeluarkan sama saja dengan ekstensi. Ada satu hal yang paling aku benci pada jalur ini. Diskriminasi. Ya kesenjangan yang ada antara kami pihak ekstensi coret dengan mereka pihak regular 1 atau jalur pmdk. Meskipun kami membayar biaya kuliah 2x lipat dari mereka para regular 1 tapi perlakuan untuk kami jauh di bawah mereka. Kami sama sekali tidak mendapatkan guru native speaker, kami tidak memiliki jadwal yang pasti atas perkara ujian pertengahan hingga ujian akhir semester (meskipun kadang kusyukuri karena kita punya wkatu libur lebih lama dengan resiko tanpa minggu tenang dan diburu-buru pihak kampus karena mereka ingin fokus mempersiapkan suasana ujian yang kondusif bagi anak regular 1), dan yang paling bikin kesal di hati kami beberapa dosen terhormat mengatakan bahwa kami kuliah bukan karena otak yang kami miliki tapi karena uang kami yang banyak.
Jujur, aku sakit hati sekali mendengar beberapa dosen yang menyebutkan kami seperti itu. Pasalnya, saya sebagai anak yang berasal dari keluarga sederhana, memiliki adik yang banyak yang masih panjang perjalanan menuntut ilmunya dan tidak memiliki uang yang banyak untuk masuk kuliah dengan jurusan yang aku inginkan. Membuatku harus mengalah pada keadaan bahwa aku hanya bisa berkuliah di jurusan ini. Tapi dengan gampangnya, mulut-mulut beliau para dosen terhormat mencaci maki kami. Jujur saya memilih jurusan ini karena ini yang termurah dari biaya yang lain, so jangan pernah bilang saya masuk ke jurusan ini karena saya kaya. Ya, saya akui beberapa dari kami adalah orang yang hanya mengandalkan uang melimpah dari orang tuanya dan belajar semaunya. Tapi tolong dengan sangat jangan pernah menyamaratakan semua orang. Setiap orang memiliki tujuan berbeda, impian berbeda serta maksud kuliah berbeda.

Saya berdiri di jurusan yang sekarang ini lewat jalur yang membutuhkan uang berlebih bukan karena ingin mencari gelar lalu selesai begitu saja. Tapi saya ingin menguji diri saya berdiri pada jurusan yang membuat saya tertantang untuk menaklukannya. Meskipun saya tidak bisa mendapatkan jurusan yang saya inginkan setidaknya dari jurusan ini bisa membawa saya pada titik dimana saya bisa mendapatkan impian saya besok. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^