Aku merindumu dalam jarak. Yang terbentang
luas di antara kita. Aku merindumu dalam sebuah pesan singkat. Yang terkadang
kau abaikan begitu saja. Aku merindumu dalam suara. Yang meskipun terkadang
hanya senyap yang ku dengar. Aku merindumu hadir di sisiku setiap waktu. Yang hanya
bisa menjadi sebuah angan dan terus ku berangan-angan.
Aku mencintaimu dengan sebuah ketulusan. Tak peduli
seberapa buruk dirimu di mata orang lain. Aku mencintaimu dengan sebuah
kesabaran. Kesabaran menahan rindu yang suka menggebu tak menentu di waktu yang
tidak tepat. Aku mencintaimu dengan sebuah penantian. Menanti kau datang
menjemputku dari tangan kedua orang tuaku.
Aku ingin kau datang. Di saat aku lagi mati
dalam kesunyian. Aku ingin kau hadir. Di saat aku merasa hampa dan sendiri. Aku
ingin kau mendengar. Kata-kata yang bahkan tak bisa terucap dari bibir keluku. Aku
ingin kau membaca. Mataku yang menyiratkan pesan teramat dalam untukmu seorang.
Aku ingin kau berbicara tanpa perlu menunggu aku berbicara. Karena aku hanya
ingin mendengar suaramu. Bukan suara orang lain ataupun suaraku sendiri.
Apa lagi yang kau tunggu? Semua restu sudah di
tangan. Restu keluargaku, restu keluargamu bahkan cinta tulusku sudah kau
dapatkan. Oh ya, aku lupa satu hal. Persyaratan dari ibumu. Huft, aku
menghembuskan napas berat mengingatnya. Persyaratan dari ibumu itu hanya butuh
waktu. Akankah kita berdua sabar menunggu waktu terus menggilas cinta kita? Terus
menggilas kesabaran kita yang terkadang habis di tengah jalan? Apakah kita
mampu menahan hasrat kebersamaan yang tertolak pada sebuah kenyataan?
Aku akan terus menunggumu. Menunggu anak-anakku
memanggilmu ayah. Menunggu dirimu tidur di sampingku. Menunggu kokok ayam yang
membuatku harus terjaga dan menyiapkan segalam macam hal kebutuhan kerjamu. Aku
akan menunggu saat-saat aku merapikan kerah bajumu. Memasak masakan kesukaanmu.
Kamu suka urap, kan? Akan aku buatkan. Meskipun aku belum pandai memasak,
setidaknya aku di sini terus belajar menunggu waktu kebersamaan kita dengan
belajar memasak. Setidaknya aku bisa mencuci piring setelah kau memasak. Setidaknya
aku ingin belajar untuk menjadi istri yang pantas bagimu.
Aku akan terus menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^