berawal dari sebuah pesan di situs jejaring sosial Facebook. seorang yang tak pernah kukenal mengirim pesan berisi ucapan terimakasih karena aku telah meng-add dia menjadi temannya. jujur pada saat itu aku heran. pasalnya, aku adalah orang yang paling malas menambah teman yang tidak aku kenal. aku terus bertanya-tanya dan mulai membuka profilenya. pada saat itu dia memasang foto yang berlatar belakang sebuah gunung. aku sangat ingin mengembara gunung-gunung sehingga rasa penasaranku semakin membesar. aku lihat foto di albumnya dan terkejutlah aku kala aku melihat dia dan teman-temannya berfoto di sebuah pos bertulisakan Ranu pane. sebuah pos menuju gunung semeru. gunung yang aku dambakan setelah membaca novel 5cm. thanks to dony yang udah bikin aku jadi tergila-gila dengan semeru. penjabaranmu tentang gunung semeru di novelmu begitu memukau. kembali ke cerita awal, aku lalu memberikan comment semua foto-fotonya dan tak disangka pada saat itu dia juga sedang online. lalu berlangsunglah sebuah percakapan panjang mengenai beberapa hal. dari mulai pengenalan diri, hobi, hingga tempat-tempat menarik yang wajib dikunjungi. dengan iseng aku katakan jikalau dia ingin pergi ke tempat menyenangkan itu. ajak lah aku untuk ikut serta. hari-hari lalu kujalani seperti biasanya.
Dan dia mengatakan akan mengunjungi sebuah pulau di selatan kota Malang. Kala itu aku bimbang akan ikut serta atau tidak. Pikiran aneh mulai menyelimuti diriku tentang dirinya. Perkenalan yang begitu singkat.
Hari-hari kujalani seperti biasanya. Namun aku masih penasaran dengan sosok dirinya, teman facebook-ku. Dua hari kemudian kubuka facebook-ku dan menemukan sebuah pesan dari dirinya. Dia menanyakan kesungguhanku untuk ikut serta dalam perjalanannya nanti ke pulau tersebut. Entah dirasuki cenayang dari mana aku mengiyakan pertanyaannya. Setelah membalas pesannya dengan menuliskan nomor ponselku serta agar lebih mudah memberikan info selanjutnya, aku kembali diterkan rasa kebingungan yang amat dalam. Akan pergi bersama siapakah aku nanti?? Setidaknya aku harus memiliki teman yang mampu kuajak berbincang dan telah mengenalku lebih lama kalau-kalau aku hanya menjadi obat nyamuk saja. Ku ajaklah ka Retno, teman SMP kakaku dulu yang kebetulan satu kost denganku. Awalnya dia menolak ajakanku karena aku pergi bersama orang yang belum pernah kukenal sebelumnya. Tapi aku tak penah kehilangan akalku, ku suruhlah dia untuk membuka terlebih dahulu foto-foto pulau sempu yang telah banyak beredar di dunia internet. Setelah melihatnya, kulihat rasa menggebu-gebu untuk menginjakkan kakinya di pasir putih tersebut ada pada wajahnya. Ia pun mengangguk tanpa keraguan. Syukurlah… ucapku dalam hati.
Waktu terus berjalan dan perjalanan menuju pulau sempu semakin dekat untuk dihadapi. Aku pun menuruti setiap perintahnya untuk memnuhi daftar barang yang perlu kubawa nanti. Dikarenakan aku tidak memiliki tas ransel yang cukup kuat untuk menampung barang-barangku selama 5hari 4 malam, dia berjanji meminjamkan aku tas ransel. Awalnya kukira ia hanya membual semata karena 2 hari sebelum hari H dia tak juga ada kabarnya. Rasa penasaranku semakin membuncah dan kutanyakan kesungguhannya kembali 1hari sebelum hari H. dan ia berkata akan mengantarkan tasnya esok hari saja karena hari telah larut dan ia tadi ketiduran. Aku menolak dan meminta ia mengantarkannya hari ini saja karena aku tak suka mengundur waktu packing. Sesampainya ia di café tempat ka Retno bekerja, aku memperhatikan dirinya dengan seksama. Tak ada tampang seram atau jahat yang kubayangkan, yang ada hanya wajah bulat dengan rambut keriting ikal serta tubuh sedikit gempal. Kini aku mulai sedikit mampu bernafas lega walaupun aku tahu aku tak boleh menghilangkan rasa waspada sedikit saja oleh orang yang tak kukenali.
Esoknya, aku sempatkan diriku untuk mengikuti satu mata kuliah saja sebelum aku membolos untuk beberapa hari ke depan. Semua persiapan sudah selesai, tinggal keberangkatan saja. Jantungku kembali berdegup kencang. Ini kali pertama aku melakukan perjalanan keluar kota dengan orang yang tak kukenali serta ke tempat yang juga asing bagiku. Aku berdoa dalam panikku dan mencoba mengatur nafas sedemikian hingga aku kembali menangkap ketenangan dalam langkahku. Perjalanan pun kembali dimulai dari café tempat ka Retno bekerja. Di sana kami dijemput untuk kembali berkumpul dengan orang-orang yang akan melakukan perjalanan tersebut. Perjalanan dimulai pukul 9 dari stasiun Poncol. Aku, ka Retno, Sunu, mas Pringgo dan mbak Tika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^