Di suatu malam gue pernah bertanya pada
diri gue sendiri. Sebagai seorang wanita, pantaskah gue menjadi seorang istri
dari calon suami gue nanti yang masih disimpan oleh tuhan?
Menurut dari ilmu yang pernah gue
pelajari sih, setiap manusia memiliki pasangannya masing-masing. Ya, gue bakal
berpasangan dengan lelaki yang pas suatu saat nanti. Menurut kata orang juga,
wanita terlahir dari tulang rusuk pria. Lalu kalau jumlah wanita saja lebih
banyak dari para pria. Bagaimana nasib ‘sisa’ wanita yang ada? Apakah mereka
lahir begitu saja tanpa rangkaian susunan rusuk lainnya? Ataukah mereka lahir
bersamaan namun sudah ditinggal terlebih dahulu menghadap tuhan? Ya keyless kasian
bingittt
Entahlah. Agak bertanya sendiri sih
dalam hati. Lantaran semakin hari jumlah wanita semakin banyak di sekeliling gue.
Dari mulai beberapa kelas yang gue datengin di semester akhir ini, pembangunan
kost yang mayoritas perempuan sampai kru radio di mana gue bekerja. Semua wanita
dan minimum jumlah lelakinya.
So, gimana nasib para ‘sisa’ wanita
lainnya? Hidup dengan ke”melasan”kah? Hidup dengan takdir tak bersuamikah? Atau
malahan tuhan sudah merancang para wanita untuk berbagi suami dengan yang
lainnya saking minimum? Emang mau elo dimadu???
Aduh, agak sulit menerka bagaimana
tuhan menuliskan nasib seseorang. Tapi nih, masalah yang lebih pelik dari semua
ini. Gue ngerasa kayak gak pantes aja punya seseorang yang bakalan hidup di
samping gue selamanya. Bayangin ya boo, di umur gue yang udah 20an gue ngerasa
masih aja kekanak-kanakan. Terlebih gue ngerasa setelah gue menjalin kisah
kasih asmara. Hemmm.. jangan ditanya sifat yang dulu gue gak pernah ngerasa
keluar semua di sana. Gimana gue yang terlalu lebay dan over childish. Deuh,
gue sampe menyebutnya over. Entahlah, apakah ini dari pendapat orang atau tidak
tapi yang jelas begitu sih yang gue pikir. Tapi sebenarnya emang gini gak sih
cewek kalo di samping laki-laki? Minta diperhatiin mulu trus ngambek kalo
enggak? Atau cuek-cuek aja elo mau ngapain kek yang penting kita udah punya
status? Duh, apa sih sebenarnya? Jadi tambah ruwet deh.
Lalu dengan gue yang seperti ini, masih
pantaskah gue mendapatkan lelaki yang baik. Enggak muluk-muluk sih gue. Yang penting
bisa nerima sifat gue. Tapi emang ada ya??
Hemmm.. Cuma tuhan yang tahu.
Itu baru omongan seputar hubungan kearah
yang lebih serius. Trus kalo udah nikah dan gue punya anak. Pantaskah gue
menjadi seorang ibu? Ini yang berat. Dulu gue pernah berpikir, dengan
pernikahan dan kelahiran seorang anak, lantas akan mengubah secara naluriah
sifat seorang wanita soalnya dari yang gue lihat gitu broohhh. Tapi nih ya, ada
sebuah pendapat yang bilang kalo di saat muda aja elo udah kekanak-kanakan, elo
gak akan pernah jadi dewasa karena elo udah kebiasaan dengan sifat elo itu. Nah
loh, jadi bingung kan gue. Terus gue harus percaya yang mana?
Dari beberapa yang mengalami sih gue
melihat banyak banget perubahan yang terjadi di antara temen-temen gue yang
udah dipanggil mommy sama anaknya. Mereka cuyyyy, jangan ditanya. Sabar masya
allah. Keibuan tingkat tinggi meskipun keusilan beberapa temen gue yang udah
mommy-mommy itu enggak pernah ilang. Tapi mereka berubah. Dan ketika ditanya
bagaimana perubahan itu bisa terjadi. mereka pasti akan bilang kalo semua itu
berubah secara naluriah begitu saja.
Sisi keibuan akan keluar seiringan
dengan keluarnya bayi dari rahim seorang wnaita. So, bisa gak sih gue kayak
gitu? Masih bertanya sih gue. Masalahnya pernikahan dan menjadi seorang ibu
bukanlah permainan yang kalo kalah atau making mistakes bisa reply ke pertama
kali permainan. Kalo elo udah kecebur di dunia pernikahan dan jadi seorang
mommy, lo harus terima konsekuensinya apapun itu termasuk perubahan elo dalam
sifat atau sifat elo yang ternyata gak berubah. Duh kok gue jadi serem ya
bayanginnya.
Gue bisa kok berubah. Tapi percaya
enggak elo ??
Hush, jangan percaya sama gue. Percaya sama
tuhan aja , biar gak dibilang musrik haha..
Eh eh bentar-bentar. Emang ada ya yang
bisa mengubah sifat? Bukannya yang bisa diubah Cuma sikap? Tuh kan tambah
bingung aja kan gue. Jadi bisa gak sih perubahan wanita yang tadinya
kekanak-kanakan menjadi dewasa saat mereka punya anak? Kemungkinan sih 50:50
ya. Ada yang bisa dan ada yang enggak. Kira-kira gue masuk dalam golongan yang
mana ya? Gak bisa golput juga sih hahaha…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^