Senin, 30 September 2013

Hey Nadia

Haiii nadia..
Aku masih ingat percakapan kita beberapa hari yang lalu. Percakapan yang membahas antara aku dan dirinya. Makasih ya nad, udah memuji hubungan kami. Makasih juga udah merasa iri.
Mungkin di mata kamu hubungan kami baik-baik saja. Kamu salah nad. Kami selalu menemukan jalan buntu. Aku. Aku yang membuat jalannya terlihat buntu.
Kamu tahu mungkin hari ini semuanya sudah berakhir. Benar-benar berakhir. Hubungan yang membuatmu iri. Hubungan yang bikin kamu berpikir bahwa hubungan yang kamu punya jauh lebih buruk daripada milikku.
Kamu salah nad. Hubungan kamu jauh lebih baik dari milikku. Aku sudah mengakhirinya hari ini.
Aku selalu membesar-besarkan masalah kecil. Dan dia mungkin lelah. Oh tidak tidak. Aku yang lelah. Ya begitulah dia mengatakannya padaku. Aku bahkan gk tahu nad apa aku lelah atau tidak. Yang jelas kata-katanya hari ini bikin aku mematahkan begitu saa cita-cita kami yang kuceritakan padamu. Oh nadia, semoga kamu bukanlah aku. Wanita yang dengan gampang menyerah pada keadaan.
Tahu gak, dia bahkan meragukanku untuk mempertahankan hubungan kami jika berlanjut serius. Bagiku itu sebuah kutukan. Mungkin aku tidak akan menikah nad. Atau pernikahanku akan berantakan gara-gara ulahku sendiri.

Nad bersyukurlah atas apa yang kau miliki. Aku selalu menuntut. Aku jarang bersyukur dan di sinilah aku. Aku udah jatuh nad. Aku udah tersungkur. Aku gak bisa bangkit lagi. Aku malu ketemu kamu nad. Mungkin aku gk akan ketemu kamu lg nad. Makasih ya atas pertemanan singkatnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mampir yuk..
kasih komen, saran, kritik, atau makanan juga boleh
^.^