Suatu waktu aku menyelesaikan sebuah cerpen dan meminta pendapat ke salah satu temanku. Nikotopia. Ya, bisa dibilang aku selalu meminta pendapat dirinya. karena aku selalu terbakar semangat ketika kalimat-kalimat pedas dan cercaan keluar dari dirinya *kritik membangun* hihihi..
Dalam penjelasannya dia menjelaskan bahwa tulisanku memiliki
kesamaan dengan Dewi Lestari a.k.a Dee. Niko menyarankanku untuk membaca sebuah
buku milik Dee berjudul filosofi kopi. Sekedar menambah pengetahuan dan
meningkatkan kualitas menulisku ujarnya.
Alhasil, aku ubek-ubek mbah google *maap ya, Mbah* demi
mengetahui sekilas tentang buku yang dimaksud. Seerti inilah kilasan yang
kubaca :
“Filosofi
Kopi” merupakan antologi cerita dan prosa pertama yang ditulis oleh Dee dalam
kurun waktu sepuluh tahun (1995-2005). “Filosofi Kopi” memuat format cerita
yang cukup beragam yang dapat dijadikan sumber pembelajaran dan hikmah. Gaya
penulisannya ada yang berupa prosa lirik, cerita pendek dan cerita tidak
terlalu pendek. Cerita “Filosofi Kopi” yang diambil sebagai judul berkisah
tentang seorang peramu kopi handal bernama Ben yang terobsesi untuk membuat
ramuan kopi paling sempurna di dunia. Ben dan sahabatnya, Jody, memiliki kedai
kopi terkenal bernama “Filosofi Kopi”. Namun, ternyata Ben pada akhirnya justru
menemukan titik balik hidupnya di warung kopi sederhana yang tak bernama. Adalah Budi Darma, sastrawan senior dari Surabaya, yang dengan tepat mengatakan bahwa benang merah dari semua karya dalam “Filosofi Kopi” adalah pencarian jati diri. Lewat kisah cinta insani seperti “Sepotong Kue Kuning” dan “Sikat Gigi”, kisah cinta hewani yang diwakilkan oleh kecoak dalam “Rico de Coro”, kisah cinta botani yang dihadirkan “Filosofi Kopi”, juga surat-surat cinta seperti “Surat Yang Tak Sampai” dan “Saat Kau Lelap”, tak ketinggalan pula renungan-renungan singkat dalam “Spasi”, “Kunci Hati”, “Salju Gurun”, Dee meniti ulang jembatan-jembatan universal kemanusiaan. Ia mencatatkannya dalam kumpulan cerita apik yang terpilih sebagai karya sastra terbaik tahun 2006 oleh Majalah Tempo.
Dan sekarang aku lagi mau ngubek-ubek tempat murah yang jual ini buku. Kalo ada yang mau ngasih gratisan juga boleh *berharap ada yg ngasih :D *
hahahahahaha,, aku sudah punya dan baca buku ini, keren banget low~
BalasHapusapalagi kisah Rico De Coro, paling mantap menurutku.
by the way sudah kubaca cerpenmu, Dyl. dan nanti kukirimkan kritikan lagi.
ya, banyak-banyaklah membaca buku Dewi Lestari, mudah-mudahan dapet yang murah dan tiba-tiba ada yang ngasih.
tapi kamu pun harus banyak membaca cerpen-cerpen atau novel pengarang lainnya, penulis yang berkualitas adalah penulis yang mengasah intuisinya dengan banyak bertanya pada diri sendiri, banyak membaca, banyak mencari referensi, banyak mengamati dan banyak-banyaklah memainkan imajinasi. itu kekuatan penulis.
selamat menikmati Hidup, Dyla.
tabik
Nikotopia
pinjeeeemmm nikooo hhehehe *berharap banget
BalasHapuskamu tuh salah satu penyemangat aku nulis loh :D selain keluarga dan orang-orang terdekatku.
makasih ya *peluk niko
Kaka gue punya dong dil.. hehe
BalasHapusmauuu rah..
BalasHapuspinjemin sih kalo gue pulang ya, referensi buat tulisan gue ke depannya soalnya gaya pemulisan gue tuh dewi lestari banget hehhehe...