Untuk menjalani sebuah hubungan, kita dituntut untuk saling berkomitmen. Komitmen saling percaya, komitmen menjaga perasaan satu sama lain dan komitmen bla..bla..bla.. lainnya. Untuk yang sudah berpacaran pastinya mengerti komitmen seperti apa yang harus dibangun agar sebuah hubungan berjalan dengan lancar. Ya, satu dua kali terjatuh itu sudah biasa. Hal terpenting adalah bagaimana kita bangkit dan saling mendukung satu sama lain.
Itu mungkin dalam konteks berpacaran. Lalu seperti apakah komitmen dalam konteks non pacaran?
Suatu kali kita mungkin dihadapkan pada sebuah permasalahan yang mana membawa dampak ke depannya bagi kehidupan kita. Sakit hati, rasa kecewa dan sedih yang berkepanjangan terkadang membuat hati seseorang menjadi mati rasa. Dia gak peduli dengan keadaan sekitar. Gak peduli kalau ada yang peduli dan sayang sama dia tulus. Hingga akhirnya dia menemukan cahaya kembali untuk tersenyum ikhlas. Cahaya yang ia dapat dari seseorang yang lain. lantas apakah sakit hatinya telah hilang begitu saja? Tidak. Tidak mungkin. Layaknya kulit yang terluka, terkadang masih ada bekas atau sekedar tanda yang memperlihatkan bahwa pernah ada luka di situ. Seperti itulah hati orang yang terluka.
Aku memiliki sebuah cerita menarik mengenai tema yang kita ambil pada saat ini. Cekidot ^^
Sebut saja namanya mawar. Dulu ia menjalani rutinitas kesehariannya dengan tawa yang membahana, senyum yang tak pernah hilang dalam bibir tipisnya hingga membawa aura positif ke semua teman-temannya. Ia memiliki lebah untuk selalu menemani hari-harinya. Menghisap madunya untuk dibagikan bagi penghuni bumi. Hubungan mereka tak pernah mengalami masalah. Sekali dua kali bertengkar sudah biasa tapi tepat pada waktu ujian nasional berlangsung. Cermin kehidupan mereka retak berantakan. Mereka berpisah karena status yang tak sama. Perbedaan keyakinan. Sulit memang kalau sudah menyangkut dogma agama. Dan itu membekas tak berperi hingga kini. Mati rasa hatinya. Tak peduli sebaik apapun lebah yang lain mendekatinya. Tak peduli dengan aroma tanah yang menyejukan. Hatinya hampa. Kosong. Dan dia menolak mengisinya lagi.
Waktu terus berlalu hingga muncullah lebah yang lainnya. Tak istimewa memang tapi mampu mendesak senyum tulus mawar kembali terbit. Mampu mendobrak pertahanan mawar. Hatinya mulai terisi. Tapi tetap dengan luka yang sama, dia berhati-hati sekali. Boleh deket tapi gak pacaran. Boleh suka tapi harus ada batasnya. Itulah komitmen mereka berdua. Semua menyetujuinya.
Waktu suka membolak-balikan perasaan seseorang. Siapa yang bisa menahan cinta tumbuh di hati mawar? Siapa yang bisa menahan mawar tersipu ketika diperlakukan istimewa olehnya. Terlebih ketika lebah selalu mengumbar kata cinta kepadanya. Memegang tangannya hangat. Tak ada seorang pun bahkan mawar sendiri tak kuasa. Ia biarkan hatinya bermekaran seperti senyumnya. Ia nikmati semua kebersamaan hingga luka itu kembali menganga. Lebah itu mulai berpaling.
Apa yang bisa mawar lakukan? Memarahinya? Mengatakannya pengkhianat?
Mawar hanya terdiam. Menahan amarah yang sampai saat ini semakin membuka lebar luka di hatinya. Tak pantas ia berontak karena semua atas komitmen mereka masing-masing. Komitmen tanpa status. Terumbar kata cinta dan menikmatinya. Dan laki-laki itu menang satu langkah darinya.
Sekarang apakah bisa komitmen itu dijalankan?? Komitmen tanpa status yang pasti. Seperti mencinta tapi tak dicinta. Seperti disuka tapi dimainkan.
Tak ada kata pertemanan untuk sebuah hubungan yang beratasnamakan adik-kakak. Semua pasti akan bermuara pada cinta. Baik itu dirasakan keduanya atau hanya salah satunya saja. Terlebih bila rasa membutuhkan itu sudah tercipta.
Hati-hatilah dalam keputusanmu. Semua akan berdampak pada kehidupanmu di masa depan sobat ^^