Hai, senja..
Sepertinya belakangan ini kamu sibuk sekali, hingga
membalas suratku saja kau tak mampu. Hujankah di sana? Badaikah? Atau malah
terang menyejukan seperti kamu di hatiku.
Senja aku khawatir, khawatir sekali dengan dirimu yang tak
mampu kusentuh. Dirimu yang tak mampu kugenggam atau kukecup barang sebentar.
Aku takut kita menjauh karena hubungan ini. Hubungan yang
tak bisa kujelaskan. Dan hanya masing-masing dari hati kita yang mengetahuinya,
seperti apa kita memulai hubungan ini.
Jika kubercermin pada genangan air, aku selalu mampu
melihat pertama kali mata kita saling memandang. Tangan kita saling menggenggam
menyelamatkan. Dan kamu yang terus mencoba bercerita dongeng apa saja.
Aku memang meragu kala itu, takut semua pandangan itu salah.
Takut kalau kebersamaan kita sebenarnya hanya ilusi. Takut semua hilang secepat
kita berkenalan.
Tapi nyatanya, kau selalu mampu menyadarkanku. Ada kamu
yang tersimpan dalam hatiku.
Senja, andai kau tahu. Aku tak mampu lagi dengan jarak yang
membentang di antara kita. Aku tak mampu melihatmu hanya dari bentukan awan di
langit sana. Aku tak mampu mendengar lewat hembusan angin yang membawa suara
merdumu. Aku tak mampu sama sekali.
Aku hanya berusaha untuk mampu. Berusaha untuk tersenyum
bahwa ada kamu di sana yang setia menungguku. Berusaha yakin pada hati yang
selalu goyah diterpa ombak. Berusaha percaya pada janji yang bahkan tak pernah
kau ucapkan. Berusahaa..
Huft, entah pada apa aku berusaha. Bahkan aku tak tahu.
Kamu tak pernah menjabarkan arti hubungan kita. Engkau
hanya bisa memandang dan cukup sampai di situ.
Aku bukan peramal yang bisa menebak dengan akurat dalam isi
hatimu. Aku bukan cenayang yang bisa melihat hanya ada aku di matamu. Aku
hanyalah gadis yang tak mampu lagi berkata apa-apa pada hubungan kita.
Bosankah aku??
Aku tak tahu senjaa.
Mungkin aku hanya ingin kepastian. Seperti gadis pesisir
lainnya bersama kekasih idaman. Sedangkan aku? Aku tak bisa menjelaskan pada
rumput yang bergoyang mengenai hubungan kita.
Haruskah aku yang berkata duluan? Haruskah kamu mendengar
penjelasan dari lidahku yang kelu?
Aku mohon, lihatlah mataku yang selalu berbinar melihatmu.
Aku mohon, dengarlah hatiku yang selalu bersorak ketika di dekatmu. Aku mohon,
rasakanlah dinginnya tanganku ketika kau genggam. Aku mohonnn..
Tidakkah cukup semua itu?
Aku sudah sekian kali terpuruk karena harapan ilusi. Aku
sudah sekian kali tersungkur dalam lubang yang sama. Aku sudah berusaha bangkit
dan menghindar. Tapi terlalu banyak dan aku lemah tak berdaya. Apakah kamu akan
menambah lubang jatuhku?
Jawab senja !!!!
Meski dalam mimpiku