Sudah lama
ketenangan menyelimuti hari-hariku. Memandang pagi dengan senyum terindah yang
kupunya. Menggenggam hujan yang kubenci sekaligus kucinta. Berjalan di atas
duri pun kunikmati. Itu semua karena ingin semua ketenangan itu terus berada
dalam kabut hariku bersamamu. Tak kupedulikan jarak membentang hebat di antara
kita. Dengan kekuatan yang kupunya, kutekan semua rindu yang terus menggebu dan
menyayat jiwa ini. Tapi hari ini, semua terbalik dari biasanya.
Jangan membangunkan
singa yang tertidur. Dan itu kau lakukan padaku. Hanya dua kata saja “suka
bohong”, kata-kata yang sangat memuakan buatku. Aku benci sekali. Amarahku meledak
di pagi yang tersenyum indah padaku. Tak ada lagi senyum terindahku untuk pagi
ini. Aku benci hari ini. Aku benci pagi ini. Aku benci udara segar pagi ini. Semua
seperti membakar diriku. Amarahku begitu hebat. Tak mampu kutahan.
Sudah berkali-kali
kukatakan bahwa aku paling tidak suka dibilang pembohong. Dalam konteks apapun
itu, becanda maupun serius. Karena aku berusaha sekali tak melakukannya hanya
kepadamu. Tak mengapa kau katakan aku nakal, aku sulit dinasihati. Yang terpenting,
aku berusaha jujur bahwa seperti inilah aku apa adanya. Tapi dengan gurauan
khasmu, dengan sangat lantang dan lepas kau katakan dua kata –kata yang paling
kubenci itu.
Seketika kurasakan
matahari jauh lebih sejuk daripada jiwaku. Jiwaku terbakar oleh amarahku
sendiri. Amarah yang tak mampu kutahan.
Aku benci tak
dipercaya karena akan terlalu sia-sia jika kuberkata jujur namun kau mengira
yang lainnya. Perlukah aku berubah menjadi pembohong speerti apa yang kau
kira??
Kalau itu yang
kau mau, akan kulakukan mulai saat ini juga !