Selamat ya..
Selamat untukmu..
Kamu berhasil membuktikan padaku
bahwa kamu itu selalu yang terhebat. Entah
kebanggaan seperti apa yang meluap dari dalam diriku memiliki kamu. Kamu memang
selalu yang terhebat. Semua orang akan
bangga kepadamu.
Aku tidak berbuat apa-apa dalam
keberhasilanmu ini. Hanya menyupport dari
jarak yang begitu jauh. Hanya mencoba memarahi ketika kamu sudah mulai
kendor untuk gigih. Hanya menyemangati ketika kamu terserang virus pesimis
akutmu. Hanya itu. Apalah gunanya, kalau di dalam dirimu memang tidak ingin
berubah. Well, kenyataannya kamu memang yang terhebat. Aku yakin tanpa aku pun
sebenarnya kamu selalu berhasil.
Entah kebahagiaan apa yang kau miliki
karena aku? Aku tak tahu. Yang aku tahu, aku tak berhasil. Aku gagal. Kepercayaanmu
itu mungkin sudah mati terhadapku. Sebesar apapun usahaku mencoba berbagai cara
membuktikan bahwa aku benar-benar berubah. Bahwa aku ingin memperbaiki
kesalahanku. Oh Tuhan, aku sekarang hampir di ambang keputusasaan. Aku putus
asa mengambil hatinya. Aku putus asa mencari kepercayaannya lagi.
Kamu sudah benar-benar hilang
kepercayaan kepadaku. Huft. Tak apa. Sungguh tak apa. Suatu saat nanti
kepercayaan itu pasti ada. Ya, saat aku sudah mati.
Maaf berita bahagia ini harus
dicampur rasa kecewaku. Entahlah, apa ini rasa kecewa, sedih atau rasa yang
lain.